Selasa, 14 Maret 2017

4:43 Bukti Kekuasaan Tuhan



4:43 Bukti Kekuasaan Tuhan

Yang berkuasa mencipta dari ketiadaan sama sekali,
tanpa memerlukan bahan
dan tidak melakukan proses.
Kemudian dipelihara ciptaanNya,
dan dihancurkan apa yang dikehendakiNya
pada masa yang ditetapkanNya.

Dia-lah Yang Maha Esa,

Yang Maha Menciptakan,
Yang Maha Memelihara, dan
Yang Maha Menghancurkan.

Adakah selainNya yang dapat melakukan demikian?


---

Penjelasan dari Penulis

Bukti keberadaan Tuhan tidak bisa diraih melalui indera manusia, Tuhan tidak bisa dilihat, disentuh, didengar, dicium, dan dirasakan oleh indera badan. Karenanya Tuhan tidak bisa dipahami oleh akal pikiran manusia semata.

Jalan memahami dalam artian menyadari keberadaan Tuhan adalah melalui pemahaman tentang Jiwa dan Ruh dengan benar. 

Manusia dari sudut pandang spiritual memandang adanya komponen Jiwa dan Ruh selain badan, pikiran, dan perasaan.

Sehingga unsur pembentuk manusia bisa dikatakan ada 5, yaitu:

1. Badan 
2. Pikiran
3. Perasaan 
4. Jiwa yang dalam istilah Al Quran disebut sebagai Nafs
5. Sang Ruh atau dalam istilah Hindu disebut sebagai Atman. 

Ruh adalah ciptaan yang diistilahkan dalam Al Quran "ditiupkan dari sisi Tuhan" masuk kedalam badan yang dengannya badan menjadi hidup.

Setelah bersatu dengan badan, Al Quran menyebut Ruh sebagai Nafs atau Jiwa.

Istilah jiwa dan Ruh memang masih membingungkan bagi banyak manusia karena sistem pengajaran atau pendidikan di dunia saat ini umumnya baru menyentuh 3 komponen dasar manusia saja, yaitu badan, pikiran, dan perasaan.

Sistem pendidikan yang didominasi paham sekuler belum sampai kepada mengintegralkan pemahaman anak atau peserta didik mengenai Jiwa dan Ruh secara utuh dan jelas.

Akal pikiran manusia bekerja dengan membandingkan. Dalam proses berpikir manusia, ketika bertemu dengan sesuatu yang baru dikenal, baik istilah baru maupun benda baru yang asing, pikiran akan membandingkan dengan sesuatu yang sudah dikenal atau dipahami sebelumnya. 

Karenanya, sangat sulit Tuhan bisa dikenali atau dipahami oleh akal pikiran. Secara filosofi, definisi tentang Tuhan menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu apapun di alam semesta yang bisa dibandingkan denganNya.

Dalam Al Quran, Tuhan secara sederhana dan sekaligus kompleks (paradoks) dijelaskan menciptakan ciptaanNya dari ketiadaan atau tidak ada bahan dan tidak melalui proses. Ini dikenal dengan istilah "Kunfayakun" atau Jadilah maka Jadi. 

Itulah diantaranya prinsip dasar tentang Tuhan yang menegaskan bahwa akal pikiran memang tidak bisa dijadikan alat untuk bisa memahami Tuhan begitu saja.

Bukankah tidak ada sesuatu pun dalam Alam Semesta ciptaan Tuhan tempat manusia hidup yang ada dari ketiadaan? Melainkan segala sesuatu pasti ada dari sebelumnya sudah ada dan melalui proses. Proses yang pada hakikatnya hanya mengubah wujud atau bentuk saja, tidak benar-benar menjadikan sesuatu yang baru dari sebelumnya tidak ada.

Dalam hal ini para atheis ada benarnya ketika menyatakan Tuhan sebagai hal yang tidak masuk akal atau logika. 

Hal ini benar pada suatu batasan kebenaran tertentu, namun apabila kita mau melanjutkan pembahasan tentang Tuhan, maka batas kebenaran tersebut mestilah diperluas.

Dalam bilangan, analogi memperluasnya adalah dengan menambahkan komponen angka nol pada bilangan asli.

Atau memunculkan istilah bilangan imajiner kedalam bilangan real.

Bukti kebenaran keberadaan Tuhan secara filosofi dan logika setidaknya dimulai dari kenyataan bahwa keyakinan kepada adanya Tuhan terbuktikan secara nyata sangat mempengaruhi keadaan psikologi seorang manusia dan tatanan sosial yang ada dalam kehidupan manusia.

Tuhan, dengan apapun namaNya disebut dari masa ke masa dan oleh beragam bangsa serta kebudayaan telah nyata hadir dalam setiap peradaban manusia dan mempengaruhi kehidupan umat manusia seutuhnya dan sepenuhnya di seluruh dunia.

Secara sains, ibarat sebuah bilangan imajiner yang bukan bilangan nyata, pengetahuan tentang Tuhan adalah batas imajinasi dan pengetahuan tertinggi atau terjauh yang bisa diraih oleh manusia. Manusia hanya bisa menyentuh batasnya saja, tetapi tidak hakikat tentang Tuhan.

Bilangan imajiner boleh dikatakan tidak nyata ada, tetapi hasil dari bilangan imajiner telah menciptakan banyak teknologi yang nyata bagi umat manusia.

Dalam hal ini kita bisa katakan bahwa bilangan imajiner yang tidak nyata, adalah nyata! Inilah diantaranya pendekatan dialektika tentang keberadaan Tuhan, bahwa Tuhan pada dasarnya memang tidak bisa dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran dan logika yang terbatas tetapi Tuhan bisa dikatakan ada dan nyata karena faktor keberadaannya yang menjadikan tatanan hidup manusia sebagaimana saat ini.

Maka, pendekatan paling sederhana dari usaha memahami Tuhan dalam syair yang disampaikan di atas adalah:

Bahwa Dia adalah Yang Maha Pencipta, mencipta dari ketiadaan atau tidak ada menjadi ada.

Bahwa Dia adalah Yang Maha Memelihara, dalam artian semua kehidupan manusia dan alam semesta bergantung kepadaNya secara mutlak dalam proses dan siklus yang terus menerus terpelihara. 

Sebagaimana dijelaskan dalam konsep Hukum Kekekalan Energi dan Materi, apabila ada sesuatu hilang begitu saja dari alam semesta akan terjadi ketidakseimbangan yang berakibat kehancuran total semesta.

Istilahnya, hancurkan satu saja atom menjadi benar-benar 'tidak ada' maka hancurlah seluruh alam semesta yang terdiri dari galaxi yang tak terhitung.

Karena itu, selanjutnya makna dari Dia Yang Maha Menghancurkan adalah bukan tentang kehancuran total alam semesta semata. 

Namun ini adalah tentang segala sesuatu yang terus berubah. Yang lama digantikan dengan sesuatu yang baru dan seterusnya ketika yang baru menjadi lama dan didaur ulang kembali menjadi sesuatu yang baru. 

Sebagaimana air hancur berubah menjadi uap air, kemudian uap air hilang atau musnah kembali menjadi air. Gelapnya malam 'hancur' menjadi terangnya siang, yang hidup menjadi mati dan yang mati dijadikan hidup.

Seperti itulah pula tatanan peradaban atau kehidupan manusia silih berganti.
Peradaban gelap yang telah berlangsung selama ratusan tahun akan berganti menjadi peradaban terang.

Setelah ratusan tahun kuasa gelap berkuasa maka akan dihancurkan kuasa gelap setelah masa kiamatnya tiba, diganti dengan tatanan peradaban terang.

Dalam ajaran agama Hindu, istilah atau konsep dasar Ketuhanan sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Penghancur disimbolkan dengan Trimurti yaitu tiga kekuatan Brahman sebagai Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa dalam Mencipta, Memelihara, dan Melebur atau mendaur ulang segala sesuatu di Alam Semesta.

Brahma, Wisnu, dan Siwa

Candi Prambanan dari kiri ke kanan
Brahma, Siwa, dan Wisnu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar