Selasa, 14 Maret 2017

1:5 Asal Manusia



1:5 Asal Manusia

Manusia berasal dari saripati tanah,
kemudian jadi air yang memancar,
berada dalam kandungan ibunya,
dilahirkan dan hidup,
setelah ajal tiba mereka dimatikan.

Asalnya semua sama,
setetes air mani yang masuk kedalam rahim,
dengan perantaraan kedua orang tuanya.

Semua benih melalui perjalanan yang sangat sulit,
sehingga tidak mungkin sampai kepada tujuannya,
melainkan karena kehendak Tuhan
untuk menghidupkan.

Demikianlah bagi manusia telah ditunjukan,
dari tidak ada menjadi ada
adalah sebuah kejadian besar.

Dengannya manusia-manusia yang ingat menyadari
siapa dirinya dan untuk apa hidupnya.

Kehidupan adalah anugrah 
dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
___


Penjelasan:

Bait ini melanjutkan penjelasan dari bait sebelumnya tentang penciptaan manusia yang dulunya tidak ada, khususnya diri kita sebagai manusia, bukan manusia dalam artian spesies.

Disini diperkenalkan sebuah istilah, yaitu "saripati tanah". Maksudnya adalah unsur hara di dalam tanah yang dengannya tumbuh-tumbuhan bisa hidup.

Unsur atau materi esensi dari tanah diambil oleh tumbuhan melalui akar, kemudian naik ke pembuluh di dalam batang ke daun, di daun terjadi fotosistesis dengan bantuan CO2 dan cahaya matahari, terjadilah umbi-umbian, buah-buahan, dan biji-bijian yang bisa dimakan oleh manusia dan binatang.

Saripati atau unsur dari tanah itulah bakal diri kita kelak, dari tumbuhan masuk ke dalam mulut Ayah dan Ibu kita, dimakannya. Atau tumbuhan dimakan binatang ternak, kemudian daging binatang ternak dimakan oleh manusia.

Dengan makan tumbuh-tumbuhan dan hewan, Ayah dan Ibu bisa melakukan reproduksi, di testis Ayah jadilah sperma, dan di dalam tubuh Ibu terciptalah indung telur.

Jadi, dari sesuatu yang tidak ada atau tidak tampak, jadilah kita sperma dan indung telur, sebagai bakal diri yang berpasangan.

Unsur diri kita yang ada di dalam sperma kemudian memancar dan masuk ke dalam rahim ibu, melalui perjalanan yang sangat sulit dan jauh bagi sperma yang ukurannya sangat kecil, belum lagi mempertimbangkan kondisi rahim yang memiliki berbagai mekanisme penolak unsur asing yang masuk kedalam rahim, sungguh, tidak mudah bagi sperma untuk bisa sampai ke dalam dan bertemu dengan indung telur pasangannya.

Bayangkan, sperma itulah kita dulu. Diproduksi dalam testis Ayah kita selama 3 bulan.

Kita yang melalui perjalanan yang entah darimana dan mau kemana, tetapi akhirnya sampai juga kita ke dalam pasangan kita dan kemudian jadilah kita bayi yang dilahirkan setelah sekali lagi melalui proses panjang dalam kandungan ibu selama 9 bulan.

Totalnya 12 bulan sudah kita diproses sampai akhirnya jadi seorang bayi. Setahun. Semua tidak ada yang kebetulan, hakikatnya semua berada dalam kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa, dalam hal ini bahkan usia pembentukan kita dari bakal sperma sampai terlahir menjadi bayi pun sama lama masanya dengan jumlah rotasi rasi bintang setahun atau perputaran bulan 12 kali.

Itulah pelajaran bagi kita saat ini yang sedang mengarungi bentuk lain kehidupan. Kalau dulu kita ada di dalam kehidupan di rahim Ibu kita, maka saat ini kita sedang berada di dalam rahim bumi kita.

Maka janganlah banyak merasa khawatir dalam menjalani hidup di dunia, ketika kita merasakan kesedihan, kegalauan, dan kesusahan, ingatlah sebagaimana kita dulu adalah sperma yang tidak tahu apa-apa, yang kita lakukan hanya bergerak mengikuti suatu dorongan atau tarikan yang kita tidak benar-benar pahami.

Bergeraklah terus wahai manusia, pada akhirnya ujung akhir atau finish-nya tanpa terasa pasti akan kita raih, kita pasti akan sampai kepada ajal kita.

Kematian jasad berarti sebuah kelahiran baru, sebagaimana sperma yang menyelesaikan kehidupan di dunia rahim, masuk ke dunia di bumi, kita pun setelah mati akan memasuki alam lain kehidupan, akhirat namanya.

Bentuknya seperti apa kita tidak tahu, semua yang disampaikan di kitab suci hanyalah perumpamaan dari betapa indah surga dan betapa menyengsarakan neraka. Kita benar-benar tidak tahu, sebagaimana sperma tidak tahu kehidupan setelah ia terlahir akan jadi seperti apa.

Pesan tentang akhirat bukan untuk tahu bagaimana bentuknya, melainkan agar kehidupan setelah kematian menjadi nikmat bagi jiwa kita, banyaklah berbuat kebaikan kepada sesama dan alam.

Perbuatan baik kepada sesama adalah jalan untuk menebus kehidupan yang disadari sebagai anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Sebelum menjadi sperma dan ovum diri kita berasal dari tanah, 
kemudian bercampur dengan air, udara, dan sinar matahari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar